Apa yang harus kita lakukan saat keadaan tidak mendukung? Pertanyaan klasik yang tetep susah untuk dijawab. Banyak orang yang bilang kita ini terbentuk dan terpengaruhi oleh lingkungan, dan memang itulah kenyataan yang sering kita temui. Pertanyaannya sekarang, seberapa mampukah kita memecah kebuntuan saat lingkungan sudah tidak lagi memihak kepada kita.
Ada sebuah analogi, apakah semua orang yang tinggal dikomplek prostitusi adalah PSK? kalau anda menjawab secara objektif, tentu tidak semua orang di komplek pelacuran itu adalah PSK. Nah sekarang kita dihadapkan pada pilihan-pilihan.Apakah kita akan mengikuti arus dan menjadi PSK? Atau melawan arus dengan menjadi seorang guru mengaji, yang memberikan pendidikan dan pencerahan kepada anak-anak kecil agar masa depan mereka lebih baik dibanding orang tuanya. Apa yang anda pilih?
Terlepas dari apapun pilihan anda, ada faktor lain yang jadi penentu pilihan tersebut. Lingkungan kembali mempengaruhi otak kita.Banyak orang yang memilih untuk mengikuti arus karena takut diasingkan oleh lingkungannya. Banyak anak muda yang tidak mampu membantah dan menuruti keinginan orang tua yang semakin tidak jelas (jangan dilihat sebagai kedurhakaan, tapi lihatlah sebagai keterbukaan dalam keluarga). Tidak sedikit juga orang yang terhanyut dalam arus budaya korupsi karena takut dikucilkan dari lingkungan pekerjaannya (dan, mungkin lama-lama terasa menyenangkan).
Breakthrough! mungkin kata inilah yang perlu kita dalami dan maknai. Persempit pertimbangan menjadi hal hal yang spesifik, buanglah sesuatu yang tidak penting serta tidak mempunyai arti, temukanlah kebaikan yang tersimpan, dan buatlah terobosan.Jangan pernah takut lingkungan akan meninggalkan kita selama kita mampu memberikan sesuatu yang berarti padanya. Jadi mari kita pecah kebuntuan ini dari sekarang......!!!
dika seorang metal head begundal."sak sangar sangare uwong, nek wani karo Wong tuone, jekthek ra bakal dadi opo2"
BalasHapus"Lebih baik diasingan daripada menyerah pada kemunafikan/ketidakadilan" - Soe Hok Gie