Senin, 25 November 2013

Salam Rindu Kepada OEMAR BAKRIE

Inilah sebuah coretan kecil memperingati Hari Guru Nasional pada 25 November 2013. Sebuah coretan tentang kerinduan sosok sang pencetak calon-calon pemimpin bangsa yang besar ini.

Oemar Bakri… oemar Bakri pegawai negeri
Oemar Bakri… Oemar Bakri empat puluh tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
Oemar Bakri.. Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri.. professor dokter insinyur pun jadi
Oemar Bakri.. Oemar Bakri bikin otak orang seperti otak Habibi
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri



Itulah sepenggal lagu Iwan Fals yang mendeskripsikan figure seorang guru yang sederhana, bersahaja, jujur dan penuh dedikasi. “Oemar Bakri” memang potret guru masa lalu. Dengan sepeda kumbang dan kopinya yang selalu menemani empat puluh tahun pengabdiannya sebagai pegawai negeri. Seseorang dengan kebersahajaannya mampu mencetak banyak orang hebat nan besar di negeri kita tercinta.

Pemandangan kontras saat ini dapat kita lihat. Mungkin sangat jarang akan kita temui “Oemar Bakri” nya Bang Iwan saat ini. Sedikit anekdot, rasanya para guru harus banyak berterima kasih pada sosok “Oemar Bakri”. Seiring dengan komitmen pemerintah yang ingin memajukan kesejahteraan para guru. Dengan semakin banyaknya tuntutan yang datang akhirnya pemerintah merasa harus membayar hutang budinya kepada para guru dengan memperhatikan kesejahteraannya. Banyak program-program yang diadakan pemerintah dengan tujuan mendongkrak kesejahteraan para guru.

Akhirnya “Oemar Bakri” kini tak lagi naik sepeda kumbang. Bahkan tak sekedar sepeda motor, “Oemar Bakri” pun dapat menaiki mobil, beli rumah, dan mengerjakan banyak proyek-proyek pendidikan. Sebuah kemajuan pesat untuk perkembangan dunia pendidikan, kalau kemajuan itu di ukur dari kesejahteraan para gurunya. Walaupun belum merata secara keseluruhan, karena masih ada saja guru-guru yang masih hidup serba kekurangan, terutama di daerah pinggiran dan banyak pedalaman nusantara. Masalahnya apakah tujuan mulia pendidikan itu sendiri benar-benar tercapai? Inilah pertanyaan yang sulit dijawab. Semakin meningkatnya jumlah sekolah yang dibangun dan direnovasi dengan megahnya. Bahkan satu desa sekarang ini bisa memiliki dua atau lebih sekolah, cukup membanggakan. Namun implikasi akan peningkatan kuantitas pendidikan –terutama dalam kehidupan sehari-hari- justru terasa berbanding terbalik dengan kualitasnya. Orang-orang semakin semerawut dengan kepentingannya, demonstrasi yang sering berakhir dengan anarkisme, bahkan hal terkecil yang sering di ekspose media adalah pelanggaran jalur Busway/transjakarta yang bukan peruntukan kendaraan umum  atau pribadi yang malah diserobot. Hal tersebut merupakan sedikit contoh kecil bagaimana perkembangan dunia pendidikan.

Disinilah para “Oemar Bakri” dituntut untuk kembali mengerjakan tugas beratnya mengajar dan mendidik bangsa yang semakin besar dan berkembang ini. Saat ini saya akan berbicara dalam koridor pendidikan nasional yang formal, yaitu lembaga sekolah. Disinilah manusia Indonesia dipoles sedemikian rupa setelah mendapat pendidikan dasar dalam keluarga/rumah. Di sekolahlah manusia Indonesia diajari cara membuat jalan hidupnya, berhitung tentang bagaimana mensejahterakan bangsanya dan menggambar cita-cita masa depannya. “Oemar Bakrilah” masa kini tidak hanya dituntut untuk edukatif, tetapi juga harus kreatif mencetak professor, dokter dan insinyur muda yang akan memperbaiki harkat dan martabat bangsanya. Sebuah tantangan yang tidak mudah bagi para “Oemar Bakri” masa kini.

Kalau dulu, dari sekolah sederhana bisa lahir seorang Habibie, lalu kenapa sekarang dengan gedung mentereng dan fasilitas terlengkap malah banyak hadir video mesum? Apa yang salah? Dimana letak kesalahan itu? Mungkin pertanyaan-pertanyaan inilah yang harus kita renungkan.


Satu hal yang pasti, pola pendidikan dan pengajaran itu tidaklah statis melainkan dinamis mengikuti perkembangan zaman. Jadi dengan kemajuan zaman pola dan pendidikan itu pun harus menyesuaikan.Janganlah saling menyalahkan, masyarakat pun harus membantu kerja “Oemar Bakri”. Dan untuk para “Oemar Bakri” mari kembalikan kesederhanaan dan kebersahajaan itu. Kami rindu dengan “Oemar Bakri” nya Iwan Fals. Bersemangatlah, dan selamat HARI GURU untuk kalian para PAHLAWAN TANPA TANDA JASA  

2 komentar:

  1. Dg Kurikulum 2013, sistm pndidkan itu brkembang,kedepan akan terus brubah 'kurikulum 2018'. Mereka yg Kacau skg Otak dan hatinya, malupun g punya - Trias Satanik

    BalasHapus
  2. nah itu dia pak dika, perlu di hajar di jalanan kali yah? hahaha

    BalasHapus